Oleh : Pudjo Rahayu Risan
Dunia
termasuk Indonesia, sedang dihebohkan dengan munculnya wabah dan penyebaran
virus Corona atau Coronavirus atau Novel Coronavirus atau Covid-19. Fenomena
yang terjadi di kalangan masyarakat nampak kepanikan dan cenderung berlebihan
dengan memborong masker, stok bahan makanan dan ramai-ramai melakukan pola
hidup sehat dengan mengonsumsi makanan dan minuman jenis herbal.
Herbal adalah tanaman atau tumbuhan
yang mempunyai kegunaan atau nilai lebih dalam pengobatan. Dengan kata lain,
semua jenis tanaman yang mengandung bahan atau zat aktif yang berguna untuk
pengobatan bisa digolongkan sebagai herbal. Di bumi Nusantara, puluhan bahkan
ratusan jenis tanaman atau tumbuhan yang masuk kategori herbal. Disamping untuk
pengobatan juga berfungsi untuk merawat dan menjaga tubuh dari kemungkinan
datangnya penyakit. Immunitas menjadi lebih kuat.
Apa
yang dilakukan masyarakat dengan mengonsumsi herbal, sejatinya sedang melakukan
upaya mengubah paradigma kesehatan dari promotif dan preventif ke kuratif dan
rehabilitatif. Konsep ini yang sedang disosialisasikan pihak Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah, dengan istilah Rumah Sakit tanpa dinding, jauh sebelum
wabah dan penyebaran virus Corona terjadi.
Hikmah
kejadian wabah dan penyebaran virus Corona ini, disadari atau tidak disadari,
masyarakat sedang melakukan tindakan promotif dan preventif untuk dirinya
sendiri dengan harapan memperbaiki kualitas kesehatan yang pada gilirannya
meningkatkan daya tahan imunitas untuk menghadapi tidak hanya virus Corona
tetapi berbagai penyakit yang ada. Tanaman herbal yang sementara ini tidak
dilirik masyarakat, tiba-tiba diburu dan dibeli dengan harga tidak seperti
biasanya.
Konsep
Rumah Sakit tanpa dinding
Rumah Sakit tanpa dinding merupakan
salah satu program kerja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah periode 2018-2023.
Konsep ini sekaligus ikut memecahkan problem ketergantungan masyarakat luas
terhadap rumah sakit dimana beban BPJS semakin berat. Hal ini dikarenakan ada
kecenderungan masyarakat sangat “manja” mengelola kesehatan tubuhnya dengan
gampang pergi berobat ke rumah sakit.
Konsep Rumah Sakit tanpa dinding
diawali dari menempatkan tenaga medis jemput bola dengan mendatangi pasien,
penyediaan ambulan, bidan, perawat, dokter datang ke orang sakit sekaligus
memberi penyuluhan kesehatan sesuai dengan kasus-kasus yang ditangani. Konsep
fungsi juru penerangan diera orde baru akan digunakan tetapi lebih focus ke permasalahan
kesehatan dan hidup sehat. Rumah Sakit tanpa dinding seperti tanpa sekat antara
rumah sakit dan masyarakat untuk sama-sama menjaga dan merawat kesehatan.
Konsep ini sekaligus mengubah paradigma yang selama ini lebih menggantungkan
penyelesaian secara medis di rumah sakit beralih ke self healt, oleh
dirinya sendiri.
Konsep Rumah Sakit tanpa dinding,
dimana sebutan ini dalam arti kiasan, bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
masyarakat dengan perilaku hidup bersih dan sehat melalui kombinasi program
kesehatan, pendidikan serta kesehatan lingkungan. Masyarakat diajak berperilaku
preventif menjaga kesehatannya sendiri, tanpa sedikit-sedikit pergi ke
fasilitas kesehatan. Inilah salah satu variabel yang membuat BPJS jebol dan
defisit semakin tringgi. Sasarannya, adalah pemerataan pelayanan kesehatan
dasar terutama wilayah dengan angka kematian atau angka kesakitan tinggi.
Fokus program ini adalah meningkatkan
upaya promotif dan preventif yang dilakukan melalui program peningkatan
kesehatan lingkungan, program peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dan
penyuluhan kesehatan. Dengan harapan masyarakat akan tahu dan sensitiv terhadap
kondisi badannya ketika merasa “nggreges-nggreges”, tidak enak badan tubuh kita
memiliki sensor dengan cepat tanggap untuk mengantisipasi. Asal jangan
berlebihan. Hal ini nampak dengan adanya wabah Corona, masyarakat menjadi
‘ketakutan’ melakukan demonstration effect dengan memborong masker atau
memborong dan mengonsumsi herbal. Tidak
heran ketika harga empon-empon, rempah dan sejenis di pasaran harga melonjak
naik, karena tingginya permintaan.
Potensi
alam yang luar biasa dan melimpah
Pada
satu sisi masyarakat tanpa disadari dan tanpa digerakkan mereka ternyata ada
kecenderungan kembali ke alam (back to nature). Paradigma menjaga
kesehatan akan lebih baik dari pada mengobati. Paradigma kembali kealam dengan
tumbuhan herbal untuk menjaga kesehatan dan kebugaran akan lebih baik dari pada
sedikit-sedikit ke fasilitas kesehatan.
Kita semua sepertinya melupakan bahwa
bumi nusantara kaya akan tumbuhan herbal yang sangat tinggi kandungannya untuk
menjaga kesehatan. Dengan kesehatan yang prima, sudah barang tentu akan
memiliki anti body yang kuat untuk segala penyakit bila menghampiri. Perlu
tahapan atau etape, ketika Jawa Tengah dalam proses melaksanakan program
Rumah Sakit tanpa dinding. Walau itu istilah kias, tetap dibenak masyarakat
luas menimbulkan persepsi yang beragam.
Rumah sakit tanpa dinding dimaknai sebagai upaya mengubah paradigma kesehatan
bahwa masyarakat harus memiliki naluri sensor terhadap tubuhnya dan dikaitkan
dengan betapa kayanya Indonesia memiliki tanaman dan tumbuhan herbal yang mampu
melindungi tubuh dari berbagai macam openyakit.
Jangan hanya karena wabah Corona
masyarakat berpaling ke tanaman dan tumbuhan herbal. Langkah ini adalah
preventiv untuk menjaga dan merawat kesehatan. Banyak sekali tanaman dan
tumbuhan herbal yang gampang ditemukan disekitar kita. Contoh, buah-buahan
seperti Alpukat, Pepaya, Jeruk Nipis, Belimbing, Mengkudu, Jambu Biji, tanaman dari rempah-rempah seperti Kunyit,
Kencur, Kayu Manis, Jintan Hitam, Kapulaga, Jahe, Temulawak. Tanaman herbal
berbunga yang berkhasiat seperti, Kumis Kucing, Kemuning, Bunga Kenop, Bunga
Matahari sedangkan dari dedaunan seperti Lidah Buaya, Daun Seledri, Kangkung,
Pasak Bumi.
Masih banyak lagi seperti, Ginseng,
Sambiloto, Daun Saga, Adam Hawa, Adas, Akar Wangi , Alang-Alang. Angsana, Asam
Jawa, Asam Kranji, Bawang Merah, Bawang Sabrang, Bayam Duri, Belimbing Wuluh,
Beluntas, Binahong, Brotowali, Buah Maja, Cabe Jawa/Cabe Jamu, Cendana,
Cengkeh, Dadap Srep, Daun Salam, Delima Putih, Dillenia, Dringo/Dlingu,
Gondomono, Gondosuli, Jahe Emprit, Jahe Kebo, Jahe Merah, Jarak Merah, Jarak
Pagar, Jati Belanda, Jeruk Kingkit, Jepun Pink, Jinten, Jombang, Kaca Piring,
Kayu Putih, Kayu Secang, Kecubung Wulung, Kedondong Laut, Kemiri, Kencur,
Kenikir, Kunir Putih, Kunyit, Lemon Balm, Lengkuas, Merica Lolot, Nusa Indah
Pink, Pacar Cina, Putri Malu, Rosella, Saga Perdu, Saga Rambat, Sambiloto,
Sambung Nyawa, Sawi Langit, Sedap Malam, Selada Air, Selasih, Sirih Hijau,
Sirih Hitam, Sirih Kuning, Sirih Merah, Temu Giring, Temu Ireng, Temu Kunci, Temu
Mangga, Temu Putih, Turi Merah, Turi Putih, Urang Aring, dan masih banyak lagi
potensi alam yang luar biasa dan melimpah.
(Penulis :Drs.
Pudjo Rahayu Risan, M.Si, lulusan Magister Administrasi Publik Undip, penagajar
tidak tetap STIE Semarang dan STIE BPD Jateng)