Dari kiri : Moderator Margi Syarif, Kabid
Pengembangan SMK Disdikbud Prov. Jateng,
Hari Wulyanto dan CEO Aku Pintar.id, Lutvianto Febri Handoko, Foto : M.
Taufik
Semarang - Menurut
data dari Indonesia Karier Center, 87% pelajar dan mahasiswa Indonesia salah dalam mengambil jurusan, 71%
orang di Indonesia bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
Hal ini mencerminkan bahwa ada persoalan dengan dunia pendidikan kita mengapa
banyak pelajar dan mahasiswa yang menempuh pendidikan tidak sesuai dengan potensi, bakat dan minat yang seharusnya
mereka bisa kembangkan di era milenial sekarang ini dimana perkembangan
teknologi ini sangat membantu semua aspek kehidupan termasuk dunia pendidikan,
apa yang bisa dilakukan kedepannya agar mutu pendidikan di tanah air bisa lebih
maju lagi.
CEO Aku Pintar.id, Lutvianto Febri Handoko
memaparkan data dari Indonesia Karier Center kalau 87% pelajar dan mahasiswa
salah jurusan kalau kita lihat dari factor-faktornya paling besar pengaruhnya
dari eksternal seperti ajakan teman, permintaan dari orang tua selebihnya dari
sisi internal anak tersebut. Dan factor di jurnal psikologi contohnya jadi mahasiswa
abadi, kuliah semester 1 dan 2 lalu drop out pindah kuliah ,” ucapnya.
Menurutnya implementasi potensi anak
diketahui untuk mulai berfikir di usai 13 tahun karena melanjutkan kejenjang selanjutnya
itu cukup spesifik lagi, harusnya anak-anak sudah tahu apalagi melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi lagi di perguruan tinggi, dimana Indonesia saat ini didata
base kami ada lebih dari 900 jenis
jurusan yang berbeda.
“ Jadi sesuai dari data bahwa 87% pelajar
dan mahasiswa Indonesia salah jurusan, tergerak dari itu akhirnya salah satu
solusi yang saya berikan adalah mengkolaborasi ilmu psikologi dengan IT
munculah aplikasi Aku Pintar.id, disitu membantu anak-anak sedini mungkin mengenali
potensinya dan itu for free (gratis) untuk mengunduhnya,” pungkasnya,
saat menjadi salah satu nara sumber di Hot Topic Dialog Interaktif bersama
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah dengan tema “ Pemetaan
Potensi Anak dan Pendidikan Era Milenial “ yang disiarkan langsung Trijaya
FM di Lobby Gets Hotel, Jalan MT. Haryono No 312-316. Sarirejo, Kec. Semarang
Timur, Kota Semarang, Senin ( 2/3/2020).
Sementara itu Kabid Pengembangan SMK
Disdikbud Prov. Jateng, Hari Wulyanto mengatakan bahwa pendidikan itu didalam
sistem yang besar dimana ada sistem-sistem sosial, ekonomi, politik, budaya dan
sebagainya. Sekarang seringkali pilihan anak untuk melanjutkan belajar lebih
pada factor-faktor itu. Pilihan jurusan kadang di sekolah layanan untuk
membangun karier yang belum maksimal seperti contoh, anak matematikanya bagus
tetapi karena tidak dicek kemampuannya akhirnya anak cenderung memilih sesuai
arus. Ini memberikan pesan kepada kita bahwa didalam proses layanan studi itu peran
guru BK penting,” Jelasnya.
Menurutnya guru BK kesannya seperti polisi
sekolah menangani siswa yang nakal saja, dan saat ada masalah. BK itu adalah
layanan karier salah satunya dan sekarang sedang dikembangkan BK online jadi
sekarang tidak harus datang ke ruang BK tetapi cukup punya aplikasi konsultasi
berbasis online sehingga kelihatan, tetapi kedepan sekolah-sekolah kami
harapkan mengembangkan BK sebagai Bimbingan Karier, karier potensi anak
sehingga anak-anak itu tahu persis mau kemana? Karena anak-anak seusia segitu
galau tetapi nggak ngerti potensinya dia, maka perlu bimbingan orang tua dan
orang tua jangan egois juga pada anak.
Hari menambahkan memetakan potensi minat,
bakat siswa-siswa sekolah harus diawali sejak anak masuk sekolah. PPDB kita
sekarang sistemnya sejak awal langsung penjurusan setelah masuk baru proses
pembelajaran. Apakah anak-anak sekolah betul-betul belajar mengembangkan
potensinya atau belum ?
Bank Dunia memberikan kritik kepada kita tentang
tiga hal terkait report Bank Dunia tahun 2018, kita belajar dalam Schooling
tapi belum berhasil dalam Learning. Jadi oleh Bank Dunia dianggap masih
bersekolah tetapi betul belajar, jadi schooling tidak sama dengan learning.
Yang kedua guru-guru
kita harus di cek oleh bank dunia, apakah benar-benar mengajar ke siswa yang
bermutu dan apakah mereka benar-benar guru yang bermutu, gurunya harus benar
benar menguasai materi, teknologi dan metodologi terus-menerus meningkatkan
kapasitas learning. Yang ketiga apakah pemanfaatan IT kita itu sudah effektif
digunakan untuk proses pembelajaran ? Maka proses ini harus dipastikan mencakup
tiga hal tersebut. Berikutnya evaluasi dimana sekarang Kemendikbud sedang
meluncurkan aplikasi Merdeka Belajar artinya bagaimana evaluasi kita lebih
didorong pada evaluasi yang substansi, makanya sekarang kelulusan itu
ditentukan oleh ujian sekolah dan sekolah dituntut mampu menyelenggarakan sistem
penilaian yang mandiri dan berkualitas,” ujar Hari.
Kepala Bidang Pengembangan SMK Disdikbud. Prov.
Jateng, Hari Wulyanto, Foto : M. Taufik
Ujian
Naional sekarang sudah tidak menentukan kelulusan, maka tidak ada alasan Ujian
Nasional menjadi momok, tetapi sekarang justru dikembalikan tanggung jawab
sekolah untuk menyelenggarakan layanan dan pengembangan bakat bahkan Presiden kita
Pak Jokowi telah mendorong kita untuk mengembangkan” Managemen Talenta”
,sekarang sekolah-sekolah kita tidak diberlakukan system ranking, semua anak
itu memiliki keberbakatan,” pungkasnya.
** M.Taufik