Bellini, Dunga, dan Diego Maradona nyaris jadi kapten dalam dua kemenangan beruntun

Penyerang Argentina Diego Maradona, mencetak gol ke gawang Inggris setelah melewati sejumlah pemain dalam pertandingan Perempat final Piala Dunia 1986 di Stadion Azteca di Mexico, 22 Juni 1986. Pada pertandingan ini Maradona membuat momen ikonik dengan cipatakan gol "tangan Tuhan" dan melewati empat pemain Inggris. Action Images via Reuters/Juha Tamminen/File Photo


Lpktrankonmasi.com - Sejumlah pemain nyaris mencatat sejarah sebagai kapten tim nasional yang menjuarai Piala Dunia untuk kedua kalinya, tetapi hal itu tak terwujud karena berbagai alasan, baik karena timnya kalah atau kehilangan ban kapten karena digantikan rekan setimnya.


Bek tengah Brasil, Bellini, adalah kapten tim pemenang Selecao pada 1958 di Swedia. Empat tahun kemudian, dia dipanggil lagi untuk Piala Dunia di Cile, tetapi berakhir di bangku cadangan, di belakang Mauro Ramos yang merupakan kapten Brasil kedua yang diberikan trofi dalam skuad di mana beberapa pemain ambil bagian di kedua turnamen itu. Mauro masuk skuad 1958 tetapi tidak turun dari bangku cadangan karena Bellini adalah pilihan pertama. 

Gelandang bertahan Dunga bisa mengangkat trofi berturut-turut di Piala Dunia 1998 di Prancis setelah menang di Amerika Serikat pada 1994. Namun, sang kapten Brasil tak bisa mewujudkan itu setelah timnya dikalahkan tim tuan rumah turnamen dengan skor 3-0. 

Saat itu, untuk pertama kalinya Les Blues menyabet gelar juara dunia. Prancis menjadi negara pertama yang berhasil mencapai final beruntun setelah Brasil melakukannya pada 1998.

BACA JUGA  : https://www.lpktrankonmasi.com/2022/12/timans-argentina-siap-bermain-di-final.html

Sensasi itu juga dialami oleh Diego Maradona, legenda sepak bola Argentina. Setelah penampilannya yang sensasional di Piala Dunia Meksiko 1986, superstar itu mencapai final lagi di Italia pada 1990, tetapi gagal menjadi juara karena dikalahkan Jerman. Hasil itu membuat harapan Maradona mengangkap trofi untuk dua turnamen beruntun pupus. 

Lebih jauh lagi, kita perlu menyebut Giuseppe Meazza, seorang legenda sepak bola Italia yang juga salah satu dari empat pemain yang menjadi menjuarai Piala Dunia dua kali pada 1934 dan 1938. Dia menjadi starter di kedua final, tetapi hanya menjadi kapten di final kedua. Final empat sebelumnya di Prancis, ban kapten dikenakan oleh kiper Giampiero Combi.

Hasil duel Argentina vs Prancis di final Piala Dunia 2022 akhir pekan nanti akan menjadi jawaban, apakah Hugo Lloris akan bisa memecahkan rekor tersebut.

 Penulis : Hilman
 Editor   : Hda TR 

Share this

Previous
Next Post »
Give us your opinion