Kongres III Projo: Tentukan Arah Politik Kontitusi (Partai) ataukah Masih Relawan, "Setia di Garis Rakyat"

Kongres III Projo: Tentukan Arah  Politik  Kontitusi (Partai) ataukah Masih Relawan," Setia di Garis Rakyat "                                                                              

Oleh : Sriyanto Ahmad   Pemerhati  Politik Konsumen  tinggal  di Magelang 


lpktrankonmasi.id, Jakarta - (1/11/2025) Organisasi relawan pendukung Presiden joko Widodo, Projo, tengah bersiap menggelar Kongres III yang disebut sebagai momentum penting dalam menentukan arah politik pasca-era  pemerintahan Jokowi ,karena  Proojo  akan bisa bertahan (survivel ) dan konsisten   setia di garis  rakyat atau  ingin  menjadi  pemain  langsung di kancah politik nasional  dengan bertranformasi  menjadi   "partai  Politik'.   

Projo  Akan,"Mati Suri" Atau," Hidup  Kembali "  Setelah Kongres  III dengan mengusung tiga agenda besar yaitu pemilihan pengurus baru, dukungan terhadap pemerintahan " Prabowo Gibran " komitmen untuk tetap setia di garis rakyat ataukah  ada agenda yang  terencana  sebagai sebuah  "(Partai Politik) 

Kami  menyoroti  kata,"Setia di Garis Rakyat " Ini  hanya  sekedar simbolik  atau sudah   melalui  batu uji sejarah  dalam arti  sudah mengikuti dinamika  politik  nasional   dengan  bukti  adanya kepuasan publik   dengan  mengedepankan  kepentingan  rakyat di atas  kepentingan  organisai semata akan tetapi bisa menghasilkan   progam progam yang bisa menjadi  barometer  dan  bisa dirasakan langsung oleh  rakyat  atau cinta kasih  kepada rakyat (setia di garis rakyat). 

Namun, kini organisasi tersebut pada " Konggres  Projo III " dihadapkan pada tantangan baru: bagaimana melanjutkan kiprah politik di tengah perubahan politik keluasaan nasional.                          Regenerasi kepemimpinan Projo menjadi sangat penting, agar Projo tidak hanya bertahan sebagai simbol loyalitas, tetapi juga menjadi gerakan yang mampu beradaptasi dan menjawab kebutuhan zaman.

Agenda berikutnya adalah penegasan dukungan terhadap pemerintahan," Prabowo Gibran "ini merupakan bentuk konsistensi terhadap “Jokowisme”, yang berorientasi  kerja politik yang berakar pada ," Kerja  - Kerja" dengan  gaya kepemimpinsn  yang sederhana (Njawani : red Jawa) dan selalu dekat dengan rakyat. 

Namun, dukungan ini juga memunculkan perdebatan: apakah Projo masih bergerak demi visi rakyat atau sekadar melanjutkan tradisi politik kekuasaan? Tantangan terbesar bagi organisasi ini adalah membuktikan bahwa dukungan terhadap Pemerintahan  ," Prabowo Gibran, " tidak hanya bersifat emosional,  Politik  Praktis  finansial  sistem tetapi juga  berbasis pada kepentingan rakyat  . 

Artinya semboyan “setia di garis rakyat”  tersebut masih benar-benar hidup (survivel) atau hanya menjadi retorika politik? Dalam konstestasi politik yang semakin pragmatis, konflik kepentingan,  maka menjaga idealisme menjadi hal yang tidak mudah. Lebih lanjut Projo bisakah membuktikan bahwa keberpihakannya kepada rakyat bukan sekadar kata-kata(Slogan) melainkan diwujudkan dalam sebuah progam yang berkelanjutan (sustainable  Goal) yang targetnya  kepada  kesejahteraan rakyat. 

Di tengah dinamika kongres, wacana agar Projo berubah menjadi partai politik juga kembali menguat. Langkah ini memiliki sisi keuntungan sekaligus risiko besar. Jika menjadi partai, Projo akan memiliki saluran formal untuk memperjuangkan kebijakan publik dan memiliki posisi tawar politik yang lebih kuat. 

Namun di sisi lain, keputusan itu bisa mengikis identitas Projo sebagai gerakan rakyat independen  dan   menghilangkan   projo  adalah  gerakan  ,riset   dan sebagai  parameter   partsi politik  untuk menentukan   bakal calon  presiden dan wakil  presiden   hal  ini terbukti  dengan   projo  melakukan musyawarah  rakyat ,"Musra "  Suara  Tertinggi  dalam musra  adalah  Prabowo Subianto (PS) yang  terbukti  terpilih dan memenangkan  Pilpres Tahun 2024.       

Lebih lanjut Projo kedepan menghadapi yang  berpotensi  kehilangan  dukungan  partai  dan bisa kehilangan kepercayaan dari basis relawan yang selama ini mendukung tanpa pamrih.

Tetapi ini sebuah pilihan dan dilema  Kongres III Projo kali ini, tetapi inilah saat  yang tepat atau momentum penting untuk menentukan arah masa depan organisasi ini. 

Apakah tetap berdiri sebagai gerakan rakyat yang independen,dan subyetifitasnya pada arah politik  Jokowi atau berubah menjadi kekuatan politik formal yang siap bersaing dan  menabuh genderang  dan berlabuh di arena pemilu. Apapun keputusannya tunggu saja hasil dari kongres Projo III.

Bagikan

Latest
Previous
Next Post »
Give us your opinion

Jangan lupa kebijaksanaan anda dalam berkomentar